Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2008

Cerita Pe-sensoran Itu

Kisruh dalam dunia perfilman Indonesia akhir-akhir ini menyita perhatian publik. kisruh yang terjadi ditengah bankitnya semaraknya film anak negeri menghiasi berbagai macam poster tontonan di bioskop yang selama ini di dominasi oleh film buatan Holywood dan Bolywood. Bagi mereka yang berada ditengah-tengah industri perfilman tentunya hal yang sangat penting, sesuatu yang harus diperjuangkan, sesuatu yang diyakini walupun akan berseberangan dengan yang diyakini oleh sebagian kelompok lain. Pada hari rabu kemarin (9/1) dua kelompok besar yang kesehariannya terlibat dalam ranah budaya khususnya film berdebat dalam sebuah ruangan besar dan mewah, yang diributkan adalah persoalan layak atau tidak sebuah film disensor sedemikian rupa hingga dianggap tidak menghargai hasil cipta karya si pembuat film dan merugikan konsumen. Perdebatan tersebut terus mengalir, kedua kelompok saling mengklaim kebenaran. Pada awalnya sebuah film adalah sebuah cerita khayalan yang penuh imajinasi namun tak pernah

Kaum Muda

elo-elo yg merasa dirinya muda..... sumpah pemuda 28 oktober lalu nggak terasa lagi gigitannya...kalo dulu kita sering diperdengarkan untuk segera menyiapkan diri karna kita adalh generasi penerus bangsa ini..sekarang hingar bingar itu tak terdengar lagi..mungkin kita lebih asyk mendengarkan musik dugem, ungu, peterpan, black eyed peas maupun melihat goyangan dewi persik, nita talia atau bahkan kita lebih asyk menyimak akting nia ramadhani, ririn, rafi ahmad, maupun marcelino. ..kaum muda tidak lagi terbebani oleh sebuah keharusan "mengisi kemerdek aan" tidak lagi harus memikirkan bangsa nya, krna tanpa dipikirkan pun bangsa ini mampu berjalan dengan sendirinya oleh orang-orang yang sok "mementingkan kehidupan rakyat" kita sebagai kaum muda kebanyakan lebih serius untuk mencari uang, duit, piti, dan hepeng supaya bisa survive di tengah belantara tembok-tembok beton hasil kebudayaan manusi modren. oleh karena itu kaum muda hanya bisa menangis bila tak mendapatkan pac

Mati, kata lain untuk sudah cukup...!!!

capek deh..begitu kira2 kata2 yang mungkin tepat untuk mengisi bulan..semuanya berlalu begitu cepat, kejadian demi kejadian, dinamika, dialektika, yang tak kunjung menemukan titik. mati, mungkin adalah kata yang tepat untuk menyebut titik itu, tapi apakah benar ketika mati, brarti habis, selesai, finis, fdan tidak terjadi apa2? prcayakah anda akan kehidupan setelah mati? ada yang mengatakan kehidupan setelah mati begitu mengasykan, indah, senang, makanya mereka yang telah mati tidak mau kembali keduania ini. sudah cukupkah kita peranan kita didunia ini, maknya kita 'dipanggil'? ah sudahlah..jalanin aja, dan berusaha untuk mencari takdir kita masing2

Identitas

Negara (state) adalah sebuah identitas yang pada zaman sekarang begitu semakin tidak jelas. Hal ini dimungkinkan karena negara dalam arti sebenarnya menjadi bagian yang lama kelamaan akan semakin punah. Nasionalsme pun hanya dapat kita temui dalam menonton pertandingan sepak bola sorak sorai penonton riuh rendah memenuhi stadion yang telah menjadi bagin dari masing-masing jiwa, tanpa terkoptasi oleh pendirian sebuah mekanisme sejarah. Sebuah dinamika yang unik dilihat dalam kacamata ekonomi politik yang tengah mendominas dan menjadi arus besar dari peradaban dunia kapitalisme. Globalisasi mungkin menjadi bagian tersendiri dalam mekanisme sejarah, dia adalha sesuatu yang begitu ambigu namun dipercayai banyak orang sbagai sebuah jalan menuju kesejahtraan. Tanpa mengikutinya maka akan terkucilkan, akan dibenci dan dianggap sebagai bagain dari poros setan bergabung dengan, kuba, iran, venezuela, bolivia dan korut. Sebuah keniscayan ketika pada zaman ini negara tidak lagi menjadi ident

Kebenaran, Dewi Persik dan Ahmadiyah

Kebenaran adalah reproduksi dari ilmu pengetahuan, ilmu pengetahun di produksi oleh sekelompok orang yang mempunyai legitimasi melalaui secarik kertas dan di beri gelar. Jalan pikiran orang-orang ini di pengaruhi oleh kondisi lingkungannya dari kecil sampai dewasa, pergaulannya, kondisi sosial politik dan ekonomi, serta pengaruh lainnya Dapat disimpulkan kemudian kebenaran atau ilmu pengetahuan itu mempunyai keberpihakan. Benarkah logika diatas?. Fatwa MUI tentang sesatnya Ahmadiyah merupakan sebuah kasus beagaimana kebenaran dapat diciptakan oleh sekelompok orang, kebetulan MUI sebagai suara mayoritas maka dalam sebuah tatanan masyarakat demokrasi maka dia mendapat leagitas tambahan yaitu kekuasaan. Dengan menggunakan kekuasaan maka MUI bisa mengklaim ini benar dan itu salah. Begitu juga kalau melihat kasus yang meninpa Dewi Persik, sebagian menganggap apa yang dilakukan Dewi adalah sebuah pornoaksi sebagian lagi menganggap itu adalah kebebsan ekspresi. Enta

Punya Nama Besar

“Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati menggalkan nama”. Tak pelak Soeharto sebagai sebuah nama terus menimbulkan pro dan kontra. Namanya terus menghiasi media massa berikut dengan segala kontroversinya. Muali dari kejatuhannya, sakitnya di RSPP, sampai kematiannya dan mungkin sampai hari kiamat namanya akan terus bergaung. Begitu berartikah punya nama besar? “Nama besar” adalah sebuah parodi didalam kehidupan manusia, sejak dahulu kala orang yang mempunyai nama besar, tak lepas dari kehidupan ekonomi politik yang meterbelakangi kehidupannya, namun nama besar banyak di dapatkan justru setelah kematian si empunya nama. Ada yang mendapat nama besar karena maha karyanya, menemukan sesuatu atau punya referensi yang jelas yang akan membuat nama itu menjadi besar. Kita dapat ambil satu cuntoh, Galileo adalah seorang yang mempunyai nama besar ketika di menemukan beberapa hukum alam, yang justru banyak ditentang sewaktu ia hidup, namun setelah dia mati,

Antara saya dan Anda (dunia)

Benarkah superego adalah kebijaksanaan? salahkah ketika orang berkomentar mengenai apa yang dilihatnya, didengarnya dan dirasakannya? saya yakin anda sendiri pun pernah melakukan hal itu. Namun apakah anda ketika anda menyetujui sesuatu tetapi komentar anda justru sebaliknya? anda malah mencari-cari kesalahan yang anda sendiri yakin dengan benar bahwa itu tidak salah...ataupun dengan contoh lain, ketika anda membaca sebuah tulisan, anda mencoba mengkritisinya, saya yakin sekali bahwa dibalik semua ucapan anda, anda sebenarnya sangat menyetujui tulisan tersebut ( itupun kalau anda memncoba membantahnya), bahkan mungkin anda mungkin sejenak merenungkan isi tulisan tersebut secara lebih mendalam yang hingga pada akhirnya anda menemukan suatu yang mungkin menjadi kebenaran didalamnya, memang kebenaran sulit dicapai dan kita tidak bisa mengatakan suatu hal adalah suatu kebenaran tanpa adanya fakta-fakta yang mendukung, tetapi apakah salah juga ketika kita mau mengakui suat