Langsung ke konten utama

Identitas

Negara (state) adalah sebuah identitas yang pada zaman sekarang begitu semakin tidak jelas. Hal ini dimungkinkan karena negara dalam arti sebenarnya menjadi bagian yang lama kelamaan akan semakin punah. Nasionalsme pun hanya dapat kita temui dalam menonton pertandingan sepak bola sorak sorai penonton riuh rendah memenuhi stadion yang telah menjadi bagin dari masing-masing jiwa, tanpa terkoptasi oleh pendirian sebuah mekanisme sejarah. Sebuah dinamika yang unik dilihat dalam kacamata ekonomi politik yang tengah mendominas dan menjadi arus besar dari peradaban dunia kapitalisme.

Globalisasi mungkin menjadi bagian tersendiri dalam mekanisme sejarah, dia adalha sesuatu yang begitu ambigu namun dipercayai banyak orang sbagai sebuah jalan menuju kesejahtraan. Tanpa mengikutinya maka akan terkucilkan, akan dibenci dan dianggap sebagai bagain dari poros setan bergabung dengan, kuba, iran, venezuela, bolivia dan korut. Sebuah keniscayan ketika pada zaman ini negara tidak lagi menjadi identitas murni yang mempunyai kepribadian untuk menjalankan kepentingan nasional.

Dalam konteks matrealisme historis kaum Marxis ini tentunya bukan sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba, tapi memang sebuah keharus dalam dialektika perjalanan umat manusia. Kejadian hari ini bukan sesuatu yang hadir begitu saja, namun ada sebuah rekayasa sosial yang dilakukan oleh kaum bojuis internasional untuk mengakumulasi modal tanpa harus melewati jalan perang. Sebuah jalan harus segera diambil untuk memperbaiki manusi yang telah tertawan oleh sebuah sistim yang mengharuskan menindas manusia lainnya untuk bisa survive, sebuah zaman yang tidak jauh berbeda ketika Julius Cesar masih menjadi kaisar di Romawi.

Zaman tidak lagi berpihak pada menusia seutuhnya, sebuah zaman yang telah melenceng dari apa yang digariskan oleh para nenek moyangnya, sekelompok manusia telah menjadi hamba dari keserakahan dirinya sendiri.

Memanusiakan manusi ditengah arus pasang ini tentu bukanlah sebuah pekerjaan yang semudah membalikan telapak tangan, perjuangan kelas seperti yang dikemukakan Marx adalah salah satu pilihan, atau mencobanya dengan mulai diri sendiri dengan membeci kapitalisme dan bedakwah bagaimana jahatnya kapitalisme.

Negara kembali tanpa identitas, dia hanya bisa dikenal lewat simbol-simbol seperti bendera, lagu kebangsaan, serta lambang. Sebagaimana zaman dulu kala ketika manusia memilih jalan perang untuk bisa bertahan hidup, maka hari ini setiap manusia akan memilih jalan itu pula untuk melepaskan hawa nafsunya akan sesuatu hal. Ideologi, agama, suku, ras, meupakan sebuah pembentuk identitas akan manusia. Begitu juga negara. Terserah mau pilih yang mana..............

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Homeless woman's plea to Obama draws flood of support

She's being hailed as the "face of the economic crisis," and now Henrietta Hughes has become something of a media star after reaching out to President Obama in an emotional plea for help. President Obama talks to Henrietta Hughes at a town hall rally in Fort Myers, Florida, on Tuesday. Her message: My son and I are homeless, and we need immediate help. "I have an urgent need, unemployment and homelessness, a very small vehicle for my family and I to live in," Hughes told Obama Tuesday at a town hall rally in Fort Myers, Florida, as he pushed for passage of his stimulus plan in the S...
Dari postingan terakhir di blog ini, tanpa terasa kurang lebih 8 tahun blog ini dibiarkan sendirian di jagat maya ini. saya sebagai Tuhannya ini blog, merasa malu sendiri ketika seorang kawan menanyakan, "masih menulis sob"?. "hehhe" hanya itu yang keluar dari mulut ini. Setelah melakukan tracking jejak digital untuk menemukan password , yang Alhamdulillahnya berhasil, maka kemudian saya menulis ini. Banyak hal yang terjadi 8 tahun terakhir, saya menikah dan punya anak (dengan wanita, tentunya) presiden berganti, seseorang dari kalangan rakyat biasa, yang tidak memiliki trah darah biru, bukan Jendral, memimpin Indonesia. luar biasa kepopulerannya. Dengan postingan baru ini, nantinya (saya mencoba meneguhkan diri) untuk terus menulis, paling tidak di blog ini. layak atau tidak mungkin kalianlah yang akan menilai. Mohon doanya, semoga kali ini saya Istiqomah.

Let’s Knock the Next!!

“Painting is just another way of keeping a diary “ -Pablo Picasso¬ Melukis, seperti kata Picasso diatas, merupakan sebuah jalan atau cara lain untuk menjaga sebuah diary (baca: cerita kehidupan). Melukis , apapun medianya, juga bentuk ekspresi lain dari sebuah seni yang menggambarkan tentang peradaban. Nah, bagaimana ekspresi lukisan dalam darah para pemuda sekarang? Menggunakan media apa, serta dengan semangat apa? Kemajuan sebuah peradaban selalu dapat tergambarkan dengan apa yang dilakukan oleh pemudanya,seni apa yang di hasilkan, budaya apa yang di telurkan, serta semangat apa yang dibangun. Kreativitas adalah sebuah bentuk olah pikir yang dapat diekspresikan dengan cara apapun. Termasuk melukis. Lukisan, entah dengan menggunakan media apapun adalah semangat kreativitas untuk menggambarkan apa yang dirasa, dilihat, didengar dan yang ingin disampaikan oleh si pelukis. Dan itu seni. Mungkin dari dulu lukisan selalu identik dengan kanvas (sebuah bahan sejenis kertas) seb...